Pengantar
Segala puji bagi Allah
Ta'alaa atas karunia ini semua, sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada
nabi Muhammad SHALALLAHU 'ALAIHI WASALLAM . ahlan wa sahlan antum
semuanya, selamat datang di CATATAN ini , semoga semua apa yang tertuang di
CATATAN ini bermanfaat bagi PAPA MIMIN pribadi dan juga antum semuanya,
jika ada salahnya mohon saran dan kritik dari antum semuanya. selamat membaca dan
menikmat.
“Dikit-dikit bid’ah, dikit-dikit
bid’ah,” “apa semua yang ada sekarang itu bid’ah?!” “kalau memang
maulidan bid’ah, kenapa kamu naik motor, itukan juga bid’ah.” Kira-kira
kalimat seperti inilah yang akan terlontar dari mulut sebagian kaum muslimin
ketika mereka diingatkan bahwa perbuatan yang mereka lakukan adalah bid’ah yang
telah dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Semua ucapan ini dan yang senada
dengannya lahir, mungkin karena hawa nafsu mereka dan mungkin juga karena
kejahilan mereka tentang definisi bid’ah, batasannya dan nasib jelek yang akan
menimpa pelakunya.
Karenanya berikut uraian tentang
difinisi bid’ah dan bahayanya dari hadits Aisyah yang masyhur, semoga bisa
meluruskan pemahaman kaum muslimin tentang bid’ah sehingga mereka mau meninggalkannya
di atas ilmu, Allahumma amin.
1. Perkataan beliau “jalan/cara dalam
agama”. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi Shollallahu ‘alaihi wa
‘ala alihi wasallam:
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا
لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ
“Siapa saja yang mengadakan perkara
baru dalam urusan kami ini apa-apa yang bukan darinya maka dia tertolak”.
(HSR. Bukhary-Muslim dari ‘A`isyah)
Dan urusan Rasulullah Shollallahu
‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam tentunya adalah urusan agama karena pada urusan
dunia beliau telah mengembalikannya kepada masing-masing orang, dalam sabdanya:
أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأُمُوْرِ دُنْيَاكُمْ
“Kalian lebih mengetahui tentang
urusan dunia kalian”. (HSR. Bukhory)
Maka bid’ah adalah memunculkan perkara
baru dalam agama dan tidak termasuk dari bid’ah apa-apa yang dimunculkan berupa
perkara baru yang tidak diinginkannya dengannya masalah agama akan tetapi
dimaksudkan dengannya untuk mewujudkan maslahat keduniaan, seperti pembangunan
gedung-gedung, pembuatan alat-alat modern, berbagai jenis kendaraan dan
berbagai macam bentuk pekerjaan yang semua hal ini tidak pernah ada zaman Nabi
Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam. Maka semua perkara ini bukanlah
bid’ah dalam tinjauan syari’at walaupun dianggap bid’ah dari sisi bahasa.
Adapun hukum bid’ah dalam perkara kedunian (secara bahasa) maka tidak termasuk
dalam larangan berbuat bid’ah dalam hadits di atas, oleh karena itulah para
Shahabat radhiallahu ‘anhum mereka berluas-luasan dalam perkara dunia sesuai
dengan maslahat yang dibutuhkan.
===================================
====================================
Source
Source 2
===================================
Ustadz Maududi Abdullah, Lc:
Source
Source 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar